Menyantap telur mentah telah menjadi tradisi di berbagai belahan dunia. Dari sajian tamago kake gohan di Jepang hingga minuman jamu tradisional di Indonesia, kehadiran telur mentah memberikan sensasi unik. Namun, bagi seorang Muslim, pertanyaan tentang keabsahan syariat dalam mengonsumsi hidangan ini menjadi sangat relevan dan penting untuk dikaji lebih jauh.
Banyak masyarakat meyakini bahwa telur mentah memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa. Konon, kandungan protein dan vitaminnya lebih tinggi saat belum dimasak. Ini mendorong sebagian orang untuk mengonsumsinya secara rutin, baik dicampur dengan minuman maupun hidangan lainnya.
Namun, di balik klaim manfaat, ada potensi risiko kesehatan yang perlu diwaspadai. Telur mentah berpotensi mengandung bakteri Salmonella, yang dapat menyebabkan infeksi serius. Gejala yang timbul bisa berupa diare, demam, dan kram perut, yang tentu saja sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dalam pandangan Islam, kebersihan dan keamanan makanan adalah prioritas utama. Konsep thayyiban (baik dan halal) menekankan bahwa makanan yang dikonsumsi haruslah bersih, sehat, dan tidak membahayakan. Oleh karena itu, konsumsi makanan yang berpotensi membawa penyakit perlu dihindari.
Para ulama Islam umumnya berpendapat bahwa jika ada potensi bahaya yang jelas dari suatu makanan, maka konsumsinya tidak diperbolehkan. Ini bukan berarti telur mentah secara mutlak haram, tetapi lebih kepada kehati-hatian terhadap risiko yang mungkin timbul.
Beberapa ahli fikih modern cenderung berpandangan bahwa jika risiko bahaya tersebut dapat diminimalisir, misalnya dengan memastikan kebersihan telur atau sumbernya, maka hukumnya bisa menjadi makruh (tidak disukai) atau bahkan mubah (diperbolehkan). Namun, kehati-hatian tetap diutamakan.
Penting bagi Muslim untuk menyeimbangkan antara tradisi kuliner dan tuntunan syariat. Jika ingin mengonsumsi telur mentah, pastikan kebersihan dan keamanannya terjamin. Pilihlah telur dari sumber terpercaya dan pastikan tidak ada retakan pada cangkangnya yang dapat menjadi jalan masuk bakteri.
Sebagai alternatif yang lebih aman, telur bisa dimasak setengah matang. Ini dapat mengurangi risiko infeksi bakteri sambil tetap mempertahankan tekstur lembut yang disukai banyak orang. Dengan begitu, kita bisa menikmati hidangan lezat tanpa mengabaikan aspek kesehatan dan syariat Islam.