Di tengah dinamika zaman, pesantren terus memainkan peran sentral dalam Membentuk Jantung Islam, utamanya dalam mencetak pemimpin religius yang berilmu dan berakhlak. Lebih dari sekadar institusi pendidikan, pesantren adalah kawah candradimuka yang menggembleng santri dengan pemahaman agama mendalam sekaligus membekali mereka dengan nilai-nilai kepemimpinan Islami. Peran ini krusial untuk memastikan estafet kepemimpinan umat yang berlandaskan pada ketakwaan dan kearifan.
Peran utama pesantren dalam Membentuk Jantung Islam adalah melalui kurikulum pendidikan agama yang komprehensif. Santri tidak hanya diajarkan Al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga mendalami ilmu Fiqih, Tafsir, Akidah, Tasawuf, dan Bahasa Arab. Pembelajaran yang intensif ini, seringkali dilakukan melalui sistem sorogan dan bandongan, memastikan santri memiliki fondasi keilmuan yang kuat. Misalnya, di sebuah pesantren di Jawa Timur, pada hari Selasa, 22 April 2025, pukul 08.00 WIB, para santri tingkat akhir mendiskusikan kitab kuning klasik tentang ushul fiqh, menyiapkan mereka untuk menjadi mujtahid muda yang mampu menjawab tantangan zaman. Pemahaman mendalam ini penting bagi pemimpin religius agar bisa membimbing umat dengan panduan yang benar dan relevan.
Selain aspek keilmuan, pesantren juga sangat fokus pada pembinaan karakter dan akhlak mulia. Lingkungan asrama yang disiplin, kegiatan ibadah berjamaah, serta bimbingan langsung dari kiai atau ustadz menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, kemandirian, tanggung jawab, dan kepedulian sosial. Santri belajar untuk hidup mandiri dan berinteraksi dalam komunitas, pengalaman yang tak ternilai bagi calon pemimpin. Contohnya, saat kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren setiap Jumat pagi, pukul 07.00 WIB, para santri belajar tentang gotong royong dan kepedulian terhadap kebersihan, mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang berorientasi pada pelayanan. Pembiasaan hidup sederhana ini menjadi bekal bagi para pemimpin religius untuk bersikap zuhud dan tidak tergiur kemewahan dunia, sebuah kualitas esensial dalam Membentuk Jantung Islam yang murni.
Pesantren juga menjadi pusat kaderisasi yang secara aktif mendorong santri untuk mengembangkan kemampuan berdakwah dan berorganisasi. Melalui forum-forum diskusi, pengajian umum, hingga kegiatan ekstrakurikuler kepemimpinan, santri dilatih untuk berbicara di depan umum, mengelola kegiatan, dan menyelesaikan masalah. Potensi mereka sebagai pemimpin diasah sejak dini. Bahkan, pada hari Sabtu, 10 Mei 2025, pukul 15.00 WIB, di sebuah pondok pesantren di Banten, digelar pelatihan public speaking khusus untuk santri yang dipersiapkan menjadi dai. Dengan demikian, pesantren bukan hanya melahirkan individu berilmu, tetapi juga Membentuk Jantung Islam yang kokoh dengan jiwa kepemimpinan religius yang siap membimbing umat.